PLTA Kayan tahun ini mulai dibangun, ditargetkan beroprasi di tahun 2025.

Ke depannya, Indonesia akan memiliki proyek besar yang dibangun di Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara. Salah satu megaproyek tersebut adalah PLTA Kayan. PLTA ini akan memanfaatkan air di Sungai Kayan untuk menghasilkan listrik.

Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Kayan akan menghasilkan listrik sebesar 9.000 Megawatt (MW). PLTA ini juga siap dibangun untuk memenuhi kebutuhan listrik di Kalimantan, khususnya di ibu kota Indonesia.

PLTA Kayan akan menjadi PLTA terbesar di Indonesia

Pembangunan PLTA ini terselenggara atas kerja sama antara PT Kayan Hydro Energy (KHE) dan PowerChina. Dilansir dari kontan.co.id, Khaerony selaku Direktur Operasi KHE menjelaskan bahwa PLTA Kayan akan dibangun dalam lima tahap. Sedangkan waktu yang dibutuhkan mencapai 25 tahun.

Lahan seluas 2.600 hektare (ha) telah dipersiapkan untuk pembangunan pembangkit listrik tenaga air Kayan. Bendungan yang akan dibangun sebanyak lima unit pembangkit. Masing-masing bendungan memiliki kapasitas listrik yang berbeda.

Bendungan pertama dibangun dengan kapasitas listrik sebesar 900 MW. Setelah bendungan pertama selesai, pembangunan baru dilanjutkan ke bendungan dua.

Bendungan dua memiliki kapasitas listrik sebesar 1.200 MW. Bendungan ketiga dan keempat dibangun setelah bendungan dua selesai, dengan kapasitas yang sama, masing-masing 1.800 MW. Yang terakhir bendungan lima berkapasitas 3.300 MW.

PLTA Kayan ditargetkan dapat beroprasi tahi 2025 (era.id)

Konstruksi PLTA mulai dibangun akhir tahun 2019 ini dan rencananya bendungan unit satu dapat beroprasi di tahun 2025. Setelah itu pembangunan baru dilanjutkan ke tahap selanjutnya, menyesuaikan pembangunan infrastruktur yang diperlukan.

Dalam pembangunannya, kata Khaerony, selisih waktu yang diperlukan sekitar satu tahun. Sedangkan pengerjaan dari tahap dua ke tahap tiga ada selisih waktu tiga tahun.

Khaerony mengaku pihaknya telah melakukan kajian secara komprehensif secara teknis dan lingkungan. Bahkan kajian tersebut dilakukan sejak tahun 2009. Dari kajian yang dilakukan, Khaerony yakin konstruksi bendungan dan pembangkit tahap pertama bisa mulai dikerjakan di akhir tahun 2019 ini.

“Selama ini bukan tidak ada kegiatan di lapangan. Kita sudah prepare kajian dan kesiapan dari hulu sampai hilir, akhir tahun ini kita rencanakan mulai konstruksi,” jelas Khaerony saat jumpa pers yang digelar Rabu (21/8).

Untuk pendanaannya, ungkap Kherony, PLTA ini membutuhkan investasi sekitar US$ 2,3 juta hingga US$ 2,7 juta per MW. Sedangkan secara total, biaya investasi PLTA Kayan mencapai US$ 2,3 miliar hingga US$ 2,7 miliar.

Dana sebesar itu oleh Kherony disebut bersumber dari PowerChina dan Central Asia Capital. “Sumber dana sudah ada, jadi kita sudah siap untuk membangun,” ungkapnya.

Khaerony juga sedikit menjelaskan bagaimana teknis penyaluran listriknya. Ia mengatakan bahwa setrum dari PLTA Sungai Kayan akan digunakan untuk melistriki Kawasan Industri dan Pelabuhan Internasional (KIPI) Tanah Kuning.

Tidak hanya kawasan KIPI saja, listrik PLTA Kayan akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan listrik masyarakat di Kalimantan.