Pemerintah Indonesia tengah berupaya untuk memenuhi kebutuhan beras nasional dengan mengimpor sebanyak 600 ribu ton beras pada akhir tahun ini. Kebijakan ini merupakan bagian dari rencana impor beras tambahan sebanyak 1,5 juta ton yang diperintahkan oleh Presiden Jokowi (Joko Widodo) untuk memastikan stok Cadangan Beras Pemerintah (CBP) terpenuhi. Dalam pertemuan di Istana Negara, Pelaksana Tugas (Plt) Menteri Pertanian, Arief Prasetyo Adi mengonfirmasi bahwa target 1,5 juta ton impor beras akan tercapai, dengan 600 ribu ton di antaranya diharapkan tiba paling lambat pada 31 Desember mendatang.

Arief Prasetyo Adi menjelaskan bahwa penambahan kuota impor ini penting untuk meningkatkan stok Cadangan Beras Pemerintah yang tersimpan di Badan Urusan Logistik (Bulog). Saat ini, persediaan gabah kering hasil panen hanya mencapai sekitar 20-30% dari total produksi.

“Dalam situasi ini, penting untuk memastikan bahwa ketersediaan beras di Indonesia tetap terjaga dengan baik,” kata Arief.

Pemerintah telah berupaya keras untuk memastikan ketersediaan beras dan mengatasi situasi darurat ini. Kebijakan penambahan kuota impor sebesar 1,5 juta ton beras adalah salah satu langkah yang diambil untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

Arief juga menegaskan bahwa penambahan kuota impor beras ini adalah upaya yang berkelanjutan. Presiden Jokowi memerintahkan pelaksanaan impor sebesar 1,5 juta ton, yang akan dilakukan selama beberapa bulan ke depan, hingga Januari.

Berdasarkan informasi sebelumnya, izin kuota impor tambahan telah diperoleh dari beberapa kementerian, termasuk Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Kementerian Perdagangan, dan Kementerian Pertanian. Hal ini mencerminkan kerja sama dan koordinasi yang cepat antar lembaga-lembaga pemerintah.

Sementara beras impor sebanyak 1,5 juta ton tersebut berasal dari dua negara, Vietnam dan Thailand, Arief Prasetyo Adi berharap bahwa dalam jangka panjang, stok impor nasional dapat digantikan oleh produksi dalam negeri dari berbagai sentra pertanian seperti Jawa Barat, Lampung, dan Sulawesi Selatan. Dia menekankan pentingnya untuk memprioritaskan produksi beras lokal agar Indonesia tidak terus bergantung pada impor beras dari luar negeri. Impor beras saat ini hanya dianggap sebagai langkah darurat untuk mengisi stok level Bulog.